Kau masih ingat aroma Paris yang
menggegerkan otakmu? Kau masih ingat ide tentang berteriak di Monte Carlo? Kau
masih ingat tentang konsep ciuman pertama di Venice? Aku lupa, entah sejak
kapan aku melupakannya. Tentang senja di ujung kota itu, tentang Kota Air yang
selalu mengusik keceriaanmu. Tentang semua itu. Terkubur hening di bawah tanah
merah. Kemana? Kemana kompasku yang dulu? Sudah tidak ada kompas dan peta.
Karena aku menandainya dengan hati.
(Sumber : www.google.com)
“Impianku
tidak banyak dan tidak muluk-muluk. Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan level
tinggi dengan berbagi. Menikmati secangkir kopi dan menulis apapun sesukaku.
Berjalan-jalan ke pantai dengan mobil pribadiku dan terbebas dari kemacetan
lalu lintas. Aku akan tertawa sepuasnya dengan sahabat lawas yang tumbuh
mendewasa. Aku akan menciptakan imajinasi di ruang hampa dimensi dan bernyanyi
keras di caffee kesayanganku. Aku juga akan ke Venice, sstt janga bilang-bilang
Ayah dan Bunda ya. Tertanda Dhe.”
Venice, maaf harus membuatmu menunggu
lebih lama. Dan saat itu juga ada tetesan air hangat yang menjatuhi pipiku.
Paris, aku harus membuat check
pembebasan yang baru. Maaf, jiwa ini terlalu lama lumpuh dan mengalami orientation dissorder.
Komentar
Posting Komentar