Langsung ke konten utama

C.S



Cabernet Sauvignon merkku sendiri.

Aku mengerti. Sekarang atau dulu tidak ada bedanya, yang ada hanya gadis setengah dewasa yang harus berjuang lebih lama. It’s okay, my dear. Bukan saatnya untuk memikirkan tantangan konyol dari seseorang yang telah membunuhmu. Sudah tidak ada pengaruhnya untuk saat ini. Hati yang telah beku takkan pernah bisa kau sembuhkan dengan ucapan maaf atau senyum palsu. Brengsek kau. Beraninya mengoyak dan meruntuhkan gadis ini. 

Tapi aku senang ketika kau berkata “Dari dulu aku ingin meruntuhkanmu, tetapi tidak pernah bisa”. I see. Kau dulu hanya ingin membunuhku bukan? Aku tidak didesain untuk diruntuhkan. Dan aku juga tidak didesain untuk melumpuhkan orang yang telah berusaha meruntuhkanku. Secara teknik aku tidak suka terlibat langsung, aku lebih senang melakukan eksperimen kecil dengan hidupku dan juga diriku sendiri. Aku tidak begitu memikirkan orang lain, apalagi repot-repot melumpuhkan. Maaf saja, aku lebih menyukai cara balas dendam yang lebih berkelas dari itu. 

Anggap saja kau berusaha kerasa untuk menjadikanku seperti dirimu. Tetapi kau bahkan tidak pernah bisa menyentuhku bukan? Apalagi meruntuhkanku? Mimpi macam apa itu? Now you see me, right? Mungkin saja dalam hal ini aku terlihat patah, sakit, atau menyedihkan. Tetapi, kau lupa bahwa dibalik setiap luka yang telah aku kumpulkan, terdapat banyak jelmaan ketangguhan yang tidak pernah kau lihat. 

Aku hanya tersenyum dari jauh ketika kau berkata padaku, “Kau akan jatuh!”. Mari kita lihat, tahu apa kau tentang gadis ini. Kesalahanmu dari awal adalah menjadikanku target incaranmu. Dan kau berusaha mengambil alih diriku. Kau pikir aku tidak tahu tentang semua itu. Kau pikir aku hanyalah gadis lemah yang hanya bisa menangis. Aku memang kalah waktu itu. Dan aku harus menelan kekalahanku di rumah sakit saat itu juga, sampai dokter pun mengatakan aku sudah terlalu lama berada pada kondisi yang seperti itu. Aku memang jatuh, bahkan pada dasar yang paling dalam. Level yang telah aku capai selama ini seperti melesat jauh ke bawah dengan elevasi yang nyaris tidak ada. Sempurna. 

(Sumber : www.google.com)
Yang kau tahu mungkin hanya sakitku karena tubuhku kian melemah, mataku kian menyedihkan karena semakin pucat. Kau tidak pernah tahu bahwa setiap malam aku membalut lukaku sendiri. Sangat hati-hati karena lukaku belum kering betul. Kau tidak tahu betapa setiap malam aku menahan semuanya dan membuangnya di penghujung pagi. Tetapi, ada satu yang luput dari perhatianmu juga. Bahwa selama itu juga aku membangun pertahanan yang baru. Entah kau sadar atau tidak dengan semakin kau berbuat seperti itu kepadaku, pertahanku semakin kuat tanpa kusadari. Dan ketika kau berpikir kau tahu segalanya tentang diriku, sebenarnya kau hanya mempermalukan dirimu sendiri di depanku. Kau tidak tahu apa-apa tentang diriku. Kau hanya tahu tentang label yang aku buat dengan begitu sempurna, kau hanya tahu tentang kelas yang aku bangun sangat elegan di dalam diriku, dan kau hanya tahu bayanganku yang kau lihat dari depan, kau tidak tahu siapa sesungguhnya diriku bukan? Kau tidak pernah tahu alasan apa yang kubawa hingga aku terdampar disini dan menjadi Della Rosalita yang sekarang. Dan kau tidak perlu repot-repot tahu tentang semua itu. 

Malam itu, kau menantangku sekali lagi. Kau lupa wahai musuh kecilku, bahwa aku sudah berubah jauh sebelum kau datang. Enam bulan bukan waktu yang singkat untuk sebuah proses. Dan sekali lagi, kau luput dari semua itu. Aku telah mengerahkan seluruh kekuatanku untuk membangun kembali dari awal, bahkan dari nol, Jerk! I never needed you to be strong, I never needed you to pointing out my wrongs.
 
“Aku memasang harga yang mahal atas hidup dan perjuanganku. Label harga diriku memang kupasang tinggi, dan mempertahankan label memanglah tidak mudah. Tetapi dari situlah aku belajar hidup dan berdiri lagi. Saat ini bukan saatnya untuk menjadi cengeng dan membuat cerita konyol, sekarang saatnya menjalani. Pahit, kecewa, apapun label yang menjijikkan itu aku telan dengan senyum manis, tidak ada bedanya dengan menelan pil depresiku saat kau mengkhianatiku. Sudah saatnya aku mencabut kepercayaanku akan manusia. Selama kau masih manusia, jangan harap aku berharap dan mempercayaimu. Siapapun itu. Jangan salahkan aku, salahakan kehidupan yang membentuk otot hatiku semakin hari semakin kuat dan keras seperti baja. Aku tidak akan takut lagi. Apapun itu, ancamanmu, tantanganmu, semuanya. Aku tidak akan takut lagi. Aku akan tetap bermain, setidaknya jika aku kalah. Aku kalah dengan terhormat. Aku tidak akan menjadi kaca yang apabila jatuh ia akan luluh lantak dan hancur, aku bisa menjadi lebih fleksibel dari itu. Aku akan mempersilahkan setiap luka bertamu di teras hatiku, karena aku tahu bahwa aku didesain untuk menjadi kebal. Lukaku seperti wine, semakin lama akan semakin sempurna. Sama, semakin lama aku akan semakin kuat dan kau akan terpesona oleh ketangguhanku. Aku menyebutkn Cabernet Sauvignon. I love the red one.”
Dhe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku ingin pulang......

Pulang. Aku ingin pulang dan menghambur pelukan yang hangat pada siapapun yang kusebut “dia”. Aku ingin pulang dan meletakkan semua kesedihan pada karung kumal untuk kusembunyikan di gudang penyimpanan. Biar tikus dan kecoa menghancurkannya perlahan. Perlahan hingga tanpa sisa, tanpa bekas sedikitpun. Aku lupa arah yang membawaku ke jalan dimana aku kecil adalah Putri Kecil. Aku mungkin akan pulang membawa luka yang lebih parah dari sebelumnya. Tapi aku tidak akan terlihat begitu menyedihkan. Hanya saja aku akan datang dengan kemasan yang berbeda. Menyembunyikan sedikit memar yang tampak. Menyuguhkan senyum manja. Seperti yang sudah-sudah, aku akan mengangkat tinggi-tinggi kepalaku dan tidak akan menunduk lagi.    Pulang. Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan roti buatan bunda atau cerita pendek ayah sepulang kerja. Sudah lama hingga aku sadar selama ini aku hanya ditemani nyamuk-nyamuk yang putus harapan. Atau kotak-kotak indah yang dalamnya ternyata hanyalah s...

Now...

Karena hidup adalah sekarang. Bukan kemarin, bukan besok. Dan aku butuh waktu lama untuk menyadarinya. Secuil aku secara tidak sadar mulai hidup kembali dengan kemasan yang baru. Dengan raga yang baru. Dengan ketangguhan yang setiap hari kuamini di setiap doa atas nama orang-orang terkasih. Seperti itulah proses kehidupan, dari sebuah titik hingga menjadi kalimat. Dari sebuah aku sampai menjadi kita. Seperti itulah cara Tuhan menjaga keseimbangan semesta raya dengan rumus empirisnya.  Hidup akan mengikis siapapun yang memilih diam. Yang memilih   menggali lubangnya sendiri. Karena untuk mendaki ketangguhan dibutuhkan sedikit rasa berani. Hanya sedikit, agar manusia tidak menjadi begitu sombong. Hanya sedikit, karena Tuhan menciptakan semuanya sudah pada proporsinya. Tidak kurang. Tidak lebih. Maka, seperti itulah bahagia. Tidak pernah lebih, tidak pernah kurang. Lalu tentang hati, ada password yang harus mereka pecahkan untuk menjajahi hatiku, juga hatimu. Jangan ...

Rindu

Ada rindu yang hanya tanggal secarik tulisan usang. Yang menatapku lekat-lekat di kamar 4x4 dengan harap yang tak lagi hidup. Sudah lama mati. Rindu itu menjelma malam yang dingin yang pasrah dijajah pagi, menjelma awan hitam yang kelihatannya kuat tetapi ketika disentuh hanyalah gantungan asap yang rapuh. Rindu itu semrawut, tidak tertata dengan indah seperti buku cokelat yang kuhadiahkan sebagai kado ulangtahun pada seseorang.  Rindu itu kacau. Semakin kau tahan, semakin manja dan tak tahu diri. Mungkin, di antara aku dan kamu, ada pesan yang belum tersampai. Ada naskah yang belum sempat diketik ulang, ada banyak proposal yang belum sempat ditantangani, dan ada ribuan kata yang belum sempat dideklarasikan. Lalu, jika pagi datang dengan senyumnya, aku mengingat segala ucapan semangat dan selamat pagi yang dulu sering membanjiri kotak masuk phonecellku hingga penuh sesak. Tapi seiring dewasanya pagi, semuanya sepi. Hening. Alam seakan tidak mau berisik karena tak...