Langsung ke konten utama

Postingan

MIRROR MIRROR ON THE WALL

“the longest way of your journey is the way you looking up upon yourself…..” Aku terbangun di tengah hentakkan langkah kaki yang memekakkan telinga. Terhuyung diantara ratusan sistem saraf yang belum terpaut sempurna. Lalu terbayang diriku sedang terlena di depan cermin berukuran raksasa, cermin yang bahkan bisa aku masuki bersama dengan kawananku. Cermin yang ukurannya hingga membuatku harus mendongak tinggi. Sayangnya aku tidak terlalu tinggi untuk mencapai ujungnya. Cermin itu sedang menatapku dengan sinis, cermin itu sedang memalingkan pandangannya kepada sesuatu yang mungkin lebih menarik daripada bayanganku sendiri. Bayangan diriku yang kian kurus, kulitku yang kian menghitam karena digerogoti kenyataan yang kejam. Rambutku yang kian merapuh karena tidak pernah mengenal kelembutan.   Cermin itu hanya menatap sesekali, hanya memastikan aku masih ada disini. Berdiri dengan kedua kakiku yang kian gemetar. Berdiri dengan sisa-sisa ketegaran yang aku sesap sendiri dari pembulu...
Postingan terbaru

HALAMAN TETANGGA

Pagi masih terlalu dingin, kutarik kembali selimut merah maroon favoritku dan kembali kurebahkan badan ini di atas California King Bed yang sudah tiga tahun menemani tidurku. Ah indahnya minggu pagi, batinku. Ada aroma hujan yang wanginya menggegerkan otakku untuk kembali mengenang   sebuah momen masa lalu, you name it ‘Petrichor’ . Masih bersama aroma petrichor , momen dimana aku masih disibukkan dengan tugas-tugas kantor dan deadline yang membuatku benar-benar ‘feeling dead’. Yah, it was me. Seorang workaholic   yang pada saat itu buta akan prioritas. Apakah aku yang terlalu mencintai pekerjaanku ataukah semua itu hanya sebuah cover atas nama keegoanku semata? Atau mungkin saja target kehidupanku terlalu unrealistic, mungkin iya bagi beberapa orang. Tapi bagiku hidup harus luar biasa, harus besar dan luas serta tidak terbatas. Yah mungkin disitulah kesalahanku, aku sendiri bahkan tidak paham dengan batasan sehingga hal itulah yang kemudian menjadi boomerang dalam keh...

IT'S STILL ABOUT PERSPECTIVE

"Dunia tidak kekurangan orang yang baik, dunia hanya kekurangan orang yang mau menghargai pilihan orang lain. Itu saja." Masih di gedung yang sama, masih bersama orang yang sama dengan kondisi yang masih sama, bedanya hari ini kita lebih 'segar' dalam memandang kehidupan. Bersama Jane. Aku pikir pertemuan ini akan menjadi pertemuan yang saling menguatkan, menginspirasi dengan jalan hidup masing-masing yang sudah hampir lima tahun lamanya tidak pernah terkait. Aku pikir kehidupannya akan sedikit lebih mudah, akan sedikit lebih ceria dan lebih mengesankan dari sebelumnya. Tetapi ekspektasiku tampaknya terlalu berlebihan untuknya. Tidak ada cokelat panas atau kopi susu hari ini. Hanya air putih dalam balutan gelas wine bening yang menawan. Yah, selera hotel ini masih tetap saja sama, meskipun beberapa orang telah berubah. Mode berubah, kebiasaan berubah, pemikiran orang-orang juga berubah, hampir setiap elemen kehidupan yang aku temui selalu ada revisi. Entah itu pembaha...

This Saturday

  Sabtu tidak lagi kelabu. Meski hujan terkadang datang menderu seakan ingin bertamu barang satu atau dua jam. Memadu kisah yang sempat terputus. Seperti kisah Cinderella dengan sepatu kacanya atau kisah kita yang baru saja dimulai. Baru saja. Sesaat setelah tangismu pecah disela harapan dan doaku. Sesaat setelah aku hampir menyerah dan tergolek pasrah. But then you come around and smile the sorrow. Smile it away like rewind me. So, thank you for coming this way. Thank you for lift up the energy every morning even when it’s hard to open up your mind. Now and then, I realized that this woman would be very numb and senseless without you. Somebody said it would be hard to be a wonder person. Well, I guess it’s so. All the tears falling down the river and your sweats hiding to your chest prove that you trying. Nobody said it would easy. Nobody does. So, I will spend my coffee watching you grow up……    

Fight Againts You

Hujan, oh nope . Hanya gerimis, itu pun tidak terlalu mengancam keberadaan jaket seharga puluhan dollar yang sedang aku tenteng di bahuku. Sebaiknya memang aku pulang lebih awal. Sebelum hujan semakin deras dan menahanku di kedai kopi bodoh ini. Why so? I mean, why do I call this stupid coffee shop? Because , aku dulu pernah merasa bodoh berada di sini. Untuk waktu yang sangat lama, oh aku lupa mungkin saja tidak selama itu, akhir-akhir ini perhitungan matematikaku sering meleset. Hanya, sekitar 5 tahun lebih mungkin. See? Tidak terlalu lama, bukan? Aku bangkit dari sofa ungu yang sedari tadi aku duduki hanya untuk berkencan dengan segelas Gin dan berjalan menuju pintu keluar. Masih dengan jaket hitam yang aku tenteng di bahu kiriku, aku bermaksud menggunakannya dan seseorang meraih tanganku. Bukan orang asing, sama sekali. Hanya saja aku sedang tidak dalam kondisi mood yang sempurna untuk melakukan nostalgia, terlebih nostalgia tentang kebodohanku di masa lampu. Yap, that’...

Just Get It Out

Seperti biasa, aku sedang menulis diary di atas setir Ford Fiesta 2014 berwarna abu-abu itu dan tentu saja dengan alunan musik yang menyerupai suasana pub . Bedanya, aku hanya meneguk sekaleng soda, tidak ada Bourbon, Merlot, dan minuman beralkohol sejenisnya. Dear Diary, It’s been a long time, Ric. I can’t even handle this. Please, be home soon. Mom was gonna die missing you during this summer. With Love, Sister Seriously? Aku harus mengajar mata kuliah ini lagi? For three times? Aaaaaahhhhh, sial. Aku mengumpat melihat buku agenda mengajarku. Di sana tertulis dengan coretan tangan yang sangat tidak rapi : Mikrobiologi Molekuler kelas F, J, dan L. Nope , aku bukan dosen tetap. Belum. Aku hanya mahasiswa pasca sarjana yang secara tidak sengaja sering bergabung dengan tim peneliti di laboratorium dan entah sejak kapan aku direkrut menjadi dosen bantu di almamaterku. Dan aku juga dipercaya untuk menangani beberapa mahasiswa sebagai dosen wali mereka. That was a hal...