Malam itu, saya bertemu teman yang kebetulan baru saya kenal beberapa bulan terakhir. Dia mengajak saya bersantai di sebuah kedai kopi tidak jauh dari domisili saya. Hal pertama yang membuat saya risih adalah tatapan matanya dan juga senyumnya yang lebih condong ke arah "tidak sopan". Tetapi saya hanya diam dan tetap tenang sembari membolak-mbalikan buku menu dan memesan satu minuman dingin. Perbincangan dimulai. Tidak banyak yang berarti dalam perbincangan malam itu, terasa hambar dan garing karena saya tahu dia sebenarnya sedang berusaha memenangkan sesuatu. Entahlah akhirnya suasana membawa kita pada meja hijau dimana saya adalah terdakwa dan dia adalah seorang hakim ketua yang sangat arogan serta frontal. Agenda persidangan yang dibahas adalah tentang wanita, lebih spesifiknya tentang konsep keamaan dan kenyamanan yang diusung oleh kaum pria ketika mereka berusaha mendekati wanita dambaannya. Saat itu saya berhasil menyelami pikiran lawan bicara saya, bahkan dari ...
a blog by Della Rosalita