Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Paradoks Wanita, Pria, dan Cinta

Malam itu, saya bertemu teman yang kebetulan baru saya kenal beberapa bulan terakhir. Dia mengajak saya bersantai di sebuah kedai kopi tidak jauh dari domisili saya. Hal pertama yang membuat saya risih adalah tatapan matanya dan juga senyumnya yang lebih condong ke arah "tidak sopan". Tetapi saya hanya diam dan tetap tenang sembari membolak-mbalikan buku menu dan memesan satu minuman dingin. Perbincangan dimulai. Tidak banyak yang berarti dalam perbincangan malam itu, terasa hambar dan garing karena saya tahu dia sebenarnya sedang berusaha memenangkan sesuatu. Entahlah akhirnya suasana membawa kita pada meja hijau dimana saya adalah terdakwa dan dia adalah seorang hakim ketua yang sangat arogan serta frontal. Agenda persidangan yang dibahas adalah tentang wanita, lebih spesifiknya tentang konsep keamaan dan kenyamanan yang diusung oleh kaum pria ketika mereka berusaha mendekati wanita dambaannya. Saat itu saya berhasil menyelami pikiran lawan bicara saya, bahkan dari ...

i am ready to fly

"During these days, i know there's something burden my mind. I don't even think about it. This message, just the moment before anything's burn. Burning my dreams, burning your lies. I know that your scent which always blew up into the day when i came along. But then, i know one thing for sure. Everything is never exist since the day. Even now you  take her or not, that's no longer my case. Right before you said "i won't disappoint you", i knew everything is going to mess and broke.  Like they swim inside my heart, they'll never find where is my heart actually. I keep it save. Far away from human reach. And the moment before everything's gone, i promise i will not allow myself to take a little mind about anyone. I swear. Everything is just wasting my time. To get a better life after all this things happen to us. I don't even think about the pass or what. Because it means nothing to me." Regards, Dhe. But then the other side...

Hiduplah Untukmu

Maka yang mengusikku tak perlu lagi. Yang menumpahkan tinta di atas bajuku tak perlu dihiraukan lagi. Meski, sesekali bulan harus turun setengah tinggi dan memeluk bayanganku yang tidak akan hidup kembali. Tak apa. Aku memang tidak seharusnya seperti itu. Memang tidak sepatutnya memenangkan jiwa itu. Kau? Kau mempercayai seutuhnya bahwa aku masih memiliki jiwa. Tetapi sedikitpun aku bahkan tidak pernah merasakan kehadirannya. Kau hanya bermimpi. Berusaha menggapaiku dengan cakarmu atau dengan ke-aku-anmu. Kau lupa satu hal, bahwa selamanya jiwa yang telah hilang tak akan pernah hadir kembali. Sekalipun aku hadir dalam bentuk yang baru dengan sisa jiwa yang usang. Aku masih memiliki peluang untuk membunuhmu, persis seperti kau membunuhku. Jadi, mungkin sebaiknya memang kita tidak pernah saling menunjukkan diri masing-masing. Untuk keselamatanku dan juga untuk metafora hidupmu. Seberapapun keras usahaku untuk hidup di tubuh setiap gadis. Kau tak akan pernah menemukan aro...

Kuat Itu Hanya Lelucon

"tidak perlu memaksakan untuk menjadi kuat. karena kuat itu naluri. naluri untuk mempertahankan diri. ada dimana kau harus benar-benar menjadi garang dan buas" Benarkah selama ini kekuatan itu hanyalah sosok yang abstrak? Mungkin. Malam itu, aku berada pada penghujung lelah yang menggerogoti seluruh keberanianku untuk hidup. Malam itu aku berada pada persimpangan antara dunia 3 dimensi dengan dunia 4 dimensi. Aku telah kembali terlahir menjadi apa yang memang seharusnya aku jalani. Semuanya kembali normal setelah pembunuhan itu berakhir. Dan aku telah melupakan semuanya. Setiap detail peristiwa itu. Setiap hari aku melihat matahari terbenam di tempait kesukaanku. Senja namanya. Dulu aku begitu merindukan senja. Ada pesan yang disampaikan kepadaku tentang senja. Bahwa aku harus menemuinya untuk mengobati seluruh lukaku. Agar aku bisa hidup lebih lama. Agar aku bisa tegar dalam perjalanan yang merepotkan ini. Entah siapa yang dulu mengatakan hal tersebut kepadaku, aku ti...

Dear Soul

"Terima kasih, kau telah melepaskan segel itu dan membiarkan sayapku mengepak indah tanpa rasa takut lagi. Terima kasih, kau telah menghidupkan kembali raga yang membeku sejak butiran jiwa itu pecah menjadi ribuan keping. Maaf, aku terlalu lambat menyadari. Menyadari segel yang membekukan gerakku sejauh ini. Aku telah memiliki kembali ribuan pecahan jiwaku yang dulu sempat hilang. Dan takkan aku biarkan manusia macam manapun mengambilnya. Lagi." Jauh sebelum jiwaku disegel, aku mengenal sebuah sosok yang indah. Aku bahkan tidak mampu manamai wujudnya. Cukup indah untuk manusia biasa sepertiku. Terkadang ia hadir dalam setiap petir yang hampir membabat habis keberanianku. Lain waktu ia hadir dalam purnama yang terang, tampak ia semakin lembut ketika wajahnya tersinari cahaya purnama. Aku merasa sedikit lubang yang selama ini aku rasakan mulai tertutup perlahan-lahan karena kehadiran dirinya yang sangat abstrak. Tetapi, ia sering meninggalkan pesan tidak wajar dalam set...

Let it Fly Away

Mungkin kau benar. Kebebasanku saat ini hanyalah angan-angan yang mengamuk dan telah manjadi luka dengan penuh borok yang busuk. Mungkin kau benar. Selama ini aku beradu dengan peluhku sendiri mencapai sesuatu yang kusebut puncak dari segala puncak. Kebebasan itu sebenarnya palsu, sangat palsu. Bahkan kita sendiri sebagai manusia seringkali terkurung dalam kebabasan yang kita ciptakan dengan secara tidak sengaja. How was that happen to us? Simple saja. Manusia seperti kita seringkali terkurung dalam pikiran yang membesarkan impian kami sendiri, tanpa bisa mengendalikan pikiran tersebut. Sampai suatu ketika pikiran itu berubah menjadi manja dan menuntut untuk dipenuhi. Itu yang mereka sebut bebas. Bebas berkreasi, bebas bergaul, bebas bersuara. Padahal pada kenyataannya otak mereka tumpul dengan aturan-aturan saklek yang diterapkan oleh sistem dari entah, pergaulan mereka terbatas sesuatu yang mereka anggap "aman" dan "wajar", dan juga suara mereka tercekik...

Tiga Puluh

Hai, sudah berkali-kali aku menemukanmu dalam kabar bisu. Bisu yang hanya aku yang mampu mendengarnya. Sudah selama inikah kita saling melempar senyum masam dan tidak lagi berjabat hati? Oh aku tahu, mungkin ada bagian hati lain yang telah mengoyak hingga mengeluarkan seluruh bagianku di hatimu. Benarkah? Entahlah, aku hanya tidak begitu percaya manusia akhir-akhir ini. Kau tahu? Semenjak kau pergi dalam sumur yang ku gali sendiri waktu itu, aku sering termenung dan memandang dalam-dalam sumur itu. Berharap kau muncul dengan bentuk lain yang lebih menyenangkan untuk hatiku. Tetapi, kita bahkan berada pada dimensi yang tidak sama, tidak pernah merasa satu gelombang atau bahkan satu frekuensi.  Hai kau? Sudah berapa kali kau melalui tanggal 30 bersama Muse-mu yang baru. Bahkan sehari pun aku tidak pernah berhenti memikirkanmu. Memikirkan betapa kejamnya dunia yang menyeret kita hingga hari ini aku bahkan tidak bisa melihatmu. Kau beranggapan aku yang menyakitimu, sedangkan aku...