"Terima kasih, kau telah melepaskan segel itu dan membiarkan sayapku
mengepak indah tanpa rasa takut lagi. Terima kasih, kau telah menghidupkan
kembali raga yang membeku sejak butiran jiwa itu pecah menjadi ribuan keping.
Maaf, aku terlalu lambat menyadari. Menyadari segel yang membekukan gerakku
sejauh ini.
Aku telah memiliki kembali ribuan pecahan jiwaku yang dulu sempat
hilang. Dan takkan aku biarkan manusia macam manapun mengambilnya. Lagi."
Jauh sebelum jiwaku disegel, aku
mengenal sebuah sosok yang indah. Aku bahkan tidak mampu manamai wujudnya. Cukup
indah untuk manusia biasa sepertiku. Terkadang ia hadir dalam setiap petir yang
hampir membabat habis keberanianku. Lain waktu ia hadir dalam purnama yang
terang, tampak ia semakin lembut ketika wajahnya tersinari cahaya purnama. Aku merasa
sedikit lubang yang selama ini aku rasakan mulai tertutup perlahan-lahan karena
kehadiran dirinya yang sangat abstrak. Tetapi, ia sering meninggalkan pesan
tidak wajar dalam setiap pertempuran jiwa yang meradang. Entahlah, apa aku
manusia yang terlalu kuat hingga membuatnya menjauh dan membunuhku saat itu.
Aku dibunuhnya tepat pada hari
dimana seluruh jiwaku tersegel tanpa penawar. Aku tidak merasakan sakit, karena
seluruh tubuhku membeku dan aku hanya mampu melihat sinar matanya yang penuh
dengan kebohongan. Air mataku tak mampu menghentikan apapun saat itu. Aku ingin
berteriak tapi pita suaraku tercekat. Mati rasa. Bukankah itu cukup dramatis?
Mungkin. Tetapi aku menyadari satu hal setelah kejadian itu. Sepenuhnya aku
tidak mampu mempercayai manusia lagi. Tidak pula kau ataupun mereka. Karena
manusia sampai kapanpun akan memiliki sifat yang tidak pernah puas, tamak,
ingkar janji, dan tidak bersyukur. Sedangkan aku? Entahlah, sejauh ini aku
masih manusia biasa. Tidak ada bedanya dengan keparat yang memperlakukanku
seperti bukan manusia. Tidak ada bedanya untuk sekarang.
Aku meringkas kembali ingatan
yang sempat tercecer lusuh di pinggir hati yang masam, getir, dan beraroma
anyir. Khas darah. Darahku sendiri. Aku tidak tau, apakah dengan demikian
akankah kau akan mengenali aroma khas darah dari wanita yang kau bunuh sendiri
dengan tanganmu? Apabila aku menemui ajal kedua akankah kau mampu mencium bauku
dan menyelamatkan nyawaku? Sayang sekali, tetapi aku tidak berharap hal itu
terjadi.
Komentar
Posting Komentar