Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Well, I'm Coming Back

Well, I’m going home finally, guys. After all this time, aku gak nyangka bakala bisa kembali duduk di atas meja kerjaku ini. My lovely chair huhuhu . Alright, I’ll tell you first that I really really beg your pardon about this because during this week I lost. Or maybe being lost of my way. LOL. Banyak kejadian yang ingin aku ungkapkan selama seminggu lebih ini, gays. Sayagnya, aku tidak membawa laptop pada kondisi itu. Aku sakit dan harus opname beberapa hari so that aku hanya bisa pasrah sambil memandangi nasib tangan kananku yang ditusuk jarum infus. But, then I’m getting better and better and right now I’m strong enough to write anything again. Yehehehehehehhe.  Nice to see you again guys, and always remember to control your meal, take a rest, and go to bed earlier yap . Love, Dhe.

I Was in Pain

I’m not afraid of death. I’m afraid of being despair on my life. Aku terkejut. Aku takut. Aku hanya bisa diam. Menyudut di pojok ruangan. Dingin dan tanpa teman. Aku menggigil dengan vibrasi yang luar biasa. Aku mengamini setiap doaku sendiri. Agar aku bisa melihat senja lebih lama, menikmati embun pagi, dan menaikki merry go round. Setidaknya itulah yang ingin aku lakukan sebelum akhirnya aku benar-benar hilang. Aku tidak memiliki teman special, aku cukup bersyukur. Setidaknya aku tidak perlu memberikan aba-aba tentang perpisahan atau apalah yang membuatnya meneteskan air mata. Ada beberapa sahabat lawas yang bisa diatur ritmenya agar mereka tidak terlalu melow. I Was In Pain Hari ini, aku takut. Luar biasa takut. I need some hugs to back me up . Tetapi aku yakin, Tuhan pasti bersamaku dalam hal ini. Tuhan, tidak pernah membuatku menderita. Ia hanya menunjukkan warna kehidupan yang sesungguhnya. Agar aku tidak mudah tertipu. Dan untuk pertama kalinya aku meng...

Kaca Jendela dan Pria Tampanku

Aku menangkap bayanganku sendiri di kaca jendela bening itu. Kaca jendela di kamarku. Ketika embun mulai merangsak diusir malam. Kaca jendela pagi. Ketika seulas harapan mulai dihidupkan kembali oleh pemiliknya. Sebut saja pemiliknya adalah aku.  Aku Embun. Bukan embun pagi. Tetapi memang namaku Embun. Entah, ayahku mungkin terburu-buru ketika memberiku nama itu. Sehingga aku tidak sempat memiliki nama panjang. Hanya Embun. Aku menyukai ide tentang bertengger di kaca jendela kamarku setiap pagi. Sembari menuliskan harapan di bagian dalam kacanya yang basah oleh embun yang sesungguhnya. Aku menyukainya. Dan hal itu sudah cukup membuatku tersenyum.    Aku menyukai jendela kamarku. Spot terindah yang pernah dibuat oleh ayahku untuk putri kesayangannya. Jendela itu berwarna putih pucat, terbuat dari kayu jati yang kokoh. Tidak ada tralis yang dibuat untuk mencegahku keluar dari kaca jendela itu. Sama sekali tidak ada. Jendela yang kini kian kusam itu hanya dihal...

Permainan

Pernahkah kau merasa menyerah sebelum berjuang? Pernahkah kau merasa kalah telak bahkan sebelum menghunuskan pedang? Pernahkah kau merasa bahwa fighting is pointless ? Aku pernah. Dan aku sedang berada pada stage itu. Lebih parah lagi, aku tidak mampu bergerak. Mundur atau berani berani berjuang? Mundur atau berani bersaing? Hanya itu pilihannya. Aku terpingkal sambil memegangi perutku. Kocak. Kedai kopi berukuran exclusive itu menjadi saksi kegilaanku bermain UNO bersama rekan gila sejawatku, Andre. Aku sedang patah hati karena cintaku bertepuk sebelah tangan. Andre sedang patah hati karena seorang wanita yang bergelar kekasihnya beberapa hari lagi akan melangsungkan pernikahan. Dengan Andre? Oh, tidak. Dengan pria lain yang berprofesi sebagai dokter. Mampus. Espresso yang sedang kami raup saat ini bahkan tidak segetir kenyataan konyol yang sedang mampang di hadapan kami berdua. Aku, seorang Della Rosalita, dan dia seorang Andre Rahman Bimantara yang sanga...

Selesai

Hahahahahha. Aku patah hati. Sudah. Selesai. Ayok, sekarang saatnya berkemas. Berkemas dari ruangan merah jambu itu. Dari ruangan yang aku kira adalah sebuah hati. Aku tidak lagi layak untuk tinggal di sekatnya. It Doesn't Mean It Doesn't Hurt Mungkin hanya lewat lagu ini akan kunyatakan rasa, cintaku padamu, rinduku padamu tak bertepi. Mungkin hanya sebuah lagu ini yang selalu akan kunyanyikan, sebagai tanda betapa aku inginkan kamu.  Hahahahahaha aku patah hati. Mari pergi. Sudah bukan saatnya lagi untuk berharap. Mungkin ada penghuni lain yang memang seharusnya berada di sana. Dan itu bukan diriku. Bukan nama ini. Ada nama lain yang tertulis. Sudah selesai. Sampai saat ini. Sampai hari ini saja. Tetapi, aku merasa sedih. Harus merelakannya. Sudah begitu saja, ya.