Langsung ke konten utama

Aku Dulu Berbeda, Sekarang Kau Sama



Pagi ini sabtu. Sudah sabtu maksudnya. Sial, sudah mendekati deadline submit tugas akhir. Di pagi buta yang bahkan masih buta (baca : pukul 10.10 WIB) ini, aku memicingkan mata sembari meraih smartphone yang tergeletak lemah  di lantai karena tadi malam secara sangat sengaja aku menendangnya ketika lelap tertidur. Lantai kamarku? Seperti biasa, banyak hal-hal menjijikkan berserakan. Ada sisa sesaji yang masih menunggu untuk dieksekusi diantaranya konon selalu terdapat sisa latte yang tidak pernah habis dan masih tergeletak di atas meja kerja serta berlembar-lembar draft laporan tugas akhir yang nasibnya sedang diperjuangkan. 

Aku masih terlalu malas untuk sekedar beranjak dari tempat tidur dan membuka gorden jendela. Tiba-tiba notifikasi Blackberry Messanger-ku berbunyi. Maklum, aku kebetulan single, jadi hal-hal semacam notifikasi BBM di pagi hari seperti itu sama sekali tidak membuat jantungku berdegub lebih kencang atau membuat aliran darahku yang konon katanya bakal mengalir lebih deras. Fuck that statement lol.

Nah kan, sudah kuduga. Tidak mungkin itu adalah idolaku yang secara misterius bisa menemukan pin BB-ku dan mengajakku berkencan. Hallo, ini masih terlalu pagi untuk bermimpi. So, hal yang paling masuk akal be like adalah seorang kawan yang sangat-sangat abnormal sembari berteriak kegirangan layaknya bapak-bapak tua menemukan sebuah batu akik. Jadi seperti inilah kira-kira percakapan dua manusia yang sebenarnya sama-sama tidak normal itu.

He : Oi, Madam!!!
Me : Oi, what’s up?
He : (BBM read)
Me : Oi, whasuuupp?
He : Finally, aku sudah meng-official-kan perasaanku.
Me : Huwaaat??
He : Aku jadian, Madam.
Me : Are you sure about that? With him yang mana ini? Aku kan bingung, banyak banget sih lakikmu.
He : Bandung, Mam.
Me : You dare to give me such a trouble thing lol. Faaaaaaaaak.
He : Huwahahahahahahahahahahahahahahahahaha. This time was different.
Me : Iyalah different soalnya kali ini kamu jadian sama cowok, wo dasar.
He : Next meeting lah aku bakal cerita semuanya.
Me : (Mengumpat lebih hebat sambil menahan tawa).

Well, jujur aku sama sekali tidak tahu harus berkata apa. Antara senang, setidaknya kawanku yang satu ini akhirnya bisa menemukan “seseorang” yang sangat closest to him in every single way. Mulai dari selera musik, movie, buku hingga hal-hal terabsurb dalam hidupnya bahkan sama dengan si “seseorang” itu, kecuali satu hal. Yaitu di bagian si “seseorang” ini mampu menghabiskan brand teh terkenal sebuat saja teh XXXX hingga 4 botol per hari. Sedangkan si kawanku minumannya Guinnes, ngga begitu level sama teh sih katanya. 
Together?
In the other hand, aku mungkin sedikit kurang bahagia. Hello!!!! Ini tahun 2015 sementara kawanku yang cowo sudah memiliki pacar dan cowo juga. Apa kabar dengan aku???? Fyuuh. Baiklah, aku mencoba menahan opiniku. Baiklah, aku biarkan dulu dia menikmati fase yang dinamakan “flying without wings” itu. Sejak pertemuanku di café beberapa minggu yang lalu, aku memang belum sekalipun keep in touch sama kawan lelakiku ini. Setidaknya harus aku pastikan bahwa setiap hari kondisi kejiwaanya dalam keadaan stabil. Tetapi, aku sudah terlambat. Hahahahha.

Lantas, aku bergegas masuk ke kamar mandi. Arti harfiahnya sih membersihkan badan dengan menggunakan sabun atau sejenisnya, tetapi pada prakteknya aku lebih cenderung membersihkan pikiranku untuk berpikir lebih jernih. Tentang semua hal yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan bahkan yang bakal terjadi. 

Dahulu, aku harus mengakhiri tali kasihku bersama seseorang yang berbeda agama. Dan saat ini, kawanku yang katanya karena cinta atau perasaan yang sulit digambarkan akhirnya bersatu dalam sebuah ikatan menyenangkan meskipun mereka sama. Sama genre. Sama jenis kelamin. Aku menarik napas dalam-dalam sambil membasahi rambutku dan mengusapkan shampoo secara lembut. Kemudian, melamun untuk waktu yang sangat lama. Udara yang dingin sama sekali tidak membuat kulitku kedinginan. Air yang sangat dingin sama sekali tidak mengejutkan pori-pori kulitku. Aku terus menikmati acara bershampo ala artis Hollywood hingga pikirku berhenti di sebuah persimpangan, “Apakah cinta harus semisterius ini, Tuhan?”

Ketika perbedaan adalah sebuah halangan untuk saling melengkapi satu sama lain, kali ini ada hal yang lain. Tetapi topiknya juga sama-sama menghalangi untuk saling melengkapi. Judulnya adalah “sama”.

Dan hingga saat ini pun, aku masih belum paham tentang sistem biosintesa cinta. Bagaimana perasaan suka yang sekedar timbul akhirnya secara otomatis divalidasi oleh jantung dengan menaikkan tekanan sistolenya kemudian jantung menyalurkan informasi tersebut untuk diolah oleh otak dengan menggunakan kode yang sangat rahasia sampai akhirnya otak memberikan ACC sembari mengetuk palu dan berkata, “Kamu divonis jatuh cinta”.

Andai aku paham kode-kode rahasia itu.

Rosalie.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku ingin pulang......

Pulang. Aku ingin pulang dan menghambur pelukan yang hangat pada siapapun yang kusebut “dia”. Aku ingin pulang dan meletakkan semua kesedihan pada karung kumal untuk kusembunyikan di gudang penyimpanan. Biar tikus dan kecoa menghancurkannya perlahan. Perlahan hingga tanpa sisa, tanpa bekas sedikitpun. Aku lupa arah yang membawaku ke jalan dimana aku kecil adalah Putri Kecil. Aku mungkin akan pulang membawa luka yang lebih parah dari sebelumnya. Tapi aku tidak akan terlihat begitu menyedihkan. Hanya saja aku akan datang dengan kemasan yang berbeda. Menyembunyikan sedikit memar yang tampak. Menyuguhkan senyum manja. Seperti yang sudah-sudah, aku akan mengangkat tinggi-tinggi kepalaku dan tidak akan menunduk lagi.    Pulang. Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan roti buatan bunda atau cerita pendek ayah sepulang kerja. Sudah lama hingga aku sadar selama ini aku hanya ditemani nyamuk-nyamuk yang putus harapan. Atau kotak-kotak indah yang dalamnya ternyata hanyalah s...

Now...

Karena hidup adalah sekarang. Bukan kemarin, bukan besok. Dan aku butuh waktu lama untuk menyadarinya. Secuil aku secara tidak sadar mulai hidup kembali dengan kemasan yang baru. Dengan raga yang baru. Dengan ketangguhan yang setiap hari kuamini di setiap doa atas nama orang-orang terkasih. Seperti itulah proses kehidupan, dari sebuah titik hingga menjadi kalimat. Dari sebuah aku sampai menjadi kita. Seperti itulah cara Tuhan menjaga keseimbangan semesta raya dengan rumus empirisnya.  Hidup akan mengikis siapapun yang memilih diam. Yang memilih   menggali lubangnya sendiri. Karena untuk mendaki ketangguhan dibutuhkan sedikit rasa berani. Hanya sedikit, agar manusia tidak menjadi begitu sombong. Hanya sedikit, karena Tuhan menciptakan semuanya sudah pada proporsinya. Tidak kurang. Tidak lebih. Maka, seperti itulah bahagia. Tidak pernah lebih, tidak pernah kurang. Lalu tentang hati, ada password yang harus mereka pecahkan untuk menjajahi hatiku, juga hatimu. Jangan ...

Rindu

Ada rindu yang hanya tanggal secarik tulisan usang. Yang menatapku lekat-lekat di kamar 4x4 dengan harap yang tak lagi hidup. Sudah lama mati. Rindu itu menjelma malam yang dingin yang pasrah dijajah pagi, menjelma awan hitam yang kelihatannya kuat tetapi ketika disentuh hanyalah gantungan asap yang rapuh. Rindu itu semrawut, tidak tertata dengan indah seperti buku cokelat yang kuhadiahkan sebagai kado ulangtahun pada seseorang.  Rindu itu kacau. Semakin kau tahan, semakin manja dan tak tahu diri. Mungkin, di antara aku dan kamu, ada pesan yang belum tersampai. Ada naskah yang belum sempat diketik ulang, ada banyak proposal yang belum sempat ditantangani, dan ada ribuan kata yang belum sempat dideklarasikan. Lalu, jika pagi datang dengan senyumnya, aku mengingat segala ucapan semangat dan selamat pagi yang dulu sering membanjiri kotak masuk phonecellku hingga penuh sesak. Tapi seiring dewasanya pagi, semuanya sepi. Hening. Alam seakan tidak mau berisik karena tak...