Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Fight Againts You

Hujan, oh nope . Hanya gerimis, itu pun tidak terlalu mengancam keberadaan jaket seharga puluhan dollar yang sedang aku tenteng di bahuku. Sebaiknya memang aku pulang lebih awal. Sebelum hujan semakin deras dan menahanku di kedai kopi bodoh ini. Why so? I mean, why do I call this stupid coffee shop? Because , aku dulu pernah merasa bodoh berada di sini. Untuk waktu yang sangat lama, oh aku lupa mungkin saja tidak selama itu, akhir-akhir ini perhitungan matematikaku sering meleset. Hanya, sekitar 5 tahun lebih mungkin. See? Tidak terlalu lama, bukan? Aku bangkit dari sofa ungu yang sedari tadi aku duduki hanya untuk berkencan dengan segelas Gin dan berjalan menuju pintu keluar. Masih dengan jaket hitam yang aku tenteng di bahu kiriku, aku bermaksud menggunakannya dan seseorang meraih tanganku. Bukan orang asing, sama sekali. Hanya saja aku sedang tidak dalam kondisi mood yang sempurna untuk melakukan nostalgia, terlebih nostalgia tentang kebodohanku di masa lampu. Yap, that’...

Just Get It Out

Seperti biasa, aku sedang menulis diary di atas setir Ford Fiesta 2014 berwarna abu-abu itu dan tentu saja dengan alunan musik yang menyerupai suasana pub . Bedanya, aku hanya meneguk sekaleng soda, tidak ada Bourbon, Merlot, dan minuman beralkohol sejenisnya. Dear Diary, It’s been a long time, Ric. I can’t even handle this. Please, be home soon. Mom was gonna die missing you during this summer. With Love, Sister Seriously? Aku harus mengajar mata kuliah ini lagi? For three times? Aaaaaahhhhh, sial. Aku mengumpat melihat buku agenda mengajarku. Di sana tertulis dengan coretan tangan yang sangat tidak rapi : Mikrobiologi Molekuler kelas F, J, dan L. Nope , aku bukan dosen tetap. Belum. Aku hanya mahasiswa pasca sarjana yang secara tidak sengaja sering bergabung dengan tim peneliti di laboratorium dan entah sejak kapan aku direkrut menjadi dosen bantu di almamaterku. Dan aku juga dipercaya untuk menangani beberapa mahasiswa sebagai dosen wali mereka. That was a hal...

We were Friend

Some people live, some people gone. But, the good news is that’s a not a big deal. Terkadang hidup ini sangat menggelikan, tidak bisa ditebak. Terlalu banyak teka-teki. Terlalu banyak konspirasi, dan kabar buruknya semakin banyak yang terlibat, maka akan semakin banyak yang akan merasakan sakitnya. Kekecewaan. Pengkhianatan. Apapun sebutannya yang menimbulkan rasa marah, membenci, air mata dan berakhir duka. Seperti itu seterusnya. Terkadang, manusia tidak meiliki pilihan lain. Mereka terus terjebak. Terbuai dengan permainan yang memiliki pola yang sama. When it’s good then it’s good, it’s all good ‘till it goes bad.      Itulah bedanya aku dengan mereka. Aku bisa lebih awal mengantisipasi sesuatu. Sebelum semuanya terjadi dan berubah menjadi hal yang semakin buruk, dan sebelum aku semakin dalam terjatuh. Maka, aku memutuskan untuk menghentikannya.       “ Why you here ?” tanyaku antipasti.       Wanita...