Ini sama sekali
bukan tentang ampas kopi yang tertinggal di cangkirmu yang mahal.
Bukan tentang air
hujan yang kau kibaskan dari jas biru tuamu.
Bukan tentang
loncatan bunga api yang pernah kita nikmati bersama di dekat museum.
Sama sekali bukan.
Karena aku cukup
cerdas untuk kau bodohi sekali lagi.
Aku hanya
memandang dari mary-go-round sambil berteriak bahagia.
Sementara kau
menghiba.
Minta dilepaskan
dari rantai besi yang kau sulam sendiri.
Kau mungkin
melihat kebebasan di mataku.
Rumput hijau yang
memayungi New Orleans dan juga kuda hitam yang berlari mengejarku.
Dan kau masih
terikat dengan ‘entah-mu’ itu.
Kau melihat
linangan air hangat dari sudut mataku, air hangat yang tidak lagi menyisakan
perih.
Air hangat yang
dulu pernah kau tuangkan ke gelas wine-mu dan kau campur dengan Pinot Noir-mu.
Sekarang, bukan
lagi seperti itu.
Aku yang
mengendalikan permainan, Sayang.
Dan aku akan terus
menunggumu.
Kau yang meraung minta
dilepaskan.
Sedangkan, aku
ingin berjalan-jalan sebentar.
Goergia mungkin.
Atau Athena.
Sedikit merayakan
kegembiraan di City of Angels.
Dan jika tidak
lupa, aku akan kembali.
‘Melepaskanmu’ secara
harfiah.
Jika aku tidak
lupa.
Goodbye, My Lover.
Komentar
Posting Komentar