Kau memilih berhenti dan menyerah.
Aku pun tidak.
Sebisaku menghadapi badai yang datangnya entah dari belahan hati sebelah mana.
Jika memang hilang dan menjadi tiada adalah pilihan terbaik,
maka aku tak pernah memilihnya.
Sampai kapanpun.
Sampai kau sadar,
senja sampai kapanpun masih mengantar malam.
Sama seperti raga ini.
Persis.
Untukmu yang secara elegan dan memukau melangkahkan kaki meninggalkan tubuh mungil ini.
Untukmu yang secara dramatis mengumbar luka dengan taburan air mata yang mulai kering.
Untukmu yang secara cepat terbang dengan relativitas massa yang sempurna.
Untukmu, masih untukmu.
Untukmu, masih kamu.
Untukmu, sampai aku tidak akan menyebut kata kamu di bibirku.
Tapi di setiap sujudku kepada Tuhanku.
(Partner In Crime)
Aku pun tidak.
Sebisaku menghadapi badai yang datangnya entah dari belahan hati sebelah mana.
Jika memang hilang dan menjadi tiada adalah pilihan terbaik,
maka aku tak pernah memilihnya.
Sampai kapanpun.
Sampai kau sadar,
senja sampai kapanpun masih mengantar malam.
Sama seperti raga ini.
Persis.
Untukmu yang secara elegan dan memukau melangkahkan kaki meninggalkan tubuh mungil ini.
Untukmu yang secara dramatis mengumbar luka dengan taburan air mata yang mulai kering.
Untukmu yang secara cepat terbang dengan relativitas massa yang sempurna.
Untukmu, masih untukmu.
Untukmu, masih kamu.
Untukmu, sampai aku tidak akan menyebut kata kamu di bibirku.
Tapi di setiap sujudku kepada Tuhanku.
(Partner In Crime)
Komentar
Posting Komentar