Karena
hidup adalah sekarang. Bukan kemarin, bukan besok. Dan aku butuh waktu lama
untuk menyadarinya. Secuil aku secara tidak sadar mulai hidup kembali dengan
kemasan yang baru. Dengan raga yang baru. Dengan ketangguhan yang setiap hari
kuamini di setiap doa atas nama orang-orang terkasih. Seperti itulah proses
kehidupan, dari sebuah titik hingga menjadi kalimat. Dari sebuah aku sampai
menjadi kita. Seperti itulah cara Tuhan menjaga keseimbangan semesta raya
dengan rumus empirisnya.
Hidup
akan mengikis siapapun yang memilih diam. Yang memilih menggali lubangnya sendiri. Karena untuk
mendaki ketangguhan dibutuhkan sedikit rasa berani. Hanya sedikit, agar manusia
tidak menjadi begitu sombong. Hanya sedikit, karena Tuhan menciptakan semuanya
sudah pada proporsinya. Tidak kurang. Tidak lebih. Maka, seperti itulah
bahagia. Tidak pernah lebih, tidak pernah kurang.
Lalu
tentang hati, ada password yang harus mereka pecahkan untuk menjajahi hatiku,
juga hatimu. Jangan biarkan orang lain memilikinya, tidak terkecuali aku.
Karena orang yang tepat akan tiba pada saatnya. Pada perbatasan antara mill
terakhirku bersama senja. Di kaki langit terjauh. Mungkin di belahan bumi lain.
Mungkin pula disini. Namun pada detik lain dimana jarum jam itu berjalan dengan
cepat lagi. Karena kita melaluinya bersama orang terkasih.
Lalu,
dengan suara gembira dan penuh rindu, kita saling menatap, saling mengutarakan
hati dan mencocokkan kompas yang selama ini berputar berlawanan. Saling
mengamini doa masing-masing. Begitulah cara Tuhan mengatur kehidupan, cara
Tuhan menggantikan luka yang kering. Karena kau yakin, bahwa setiap tetes air
mata pun tidak ada yang mubazir.
Sampai
kau berani menoleh, meski hanya sedikit. Bahwa kau sangat menginginkan untuk
tinggal dan menetap di bundaran hatimu sendiri. Menjaganya agar orang lain tak
sempat mengoyak. Tetapi kau lupa bahwa realitas ini bergerak, hidup akan
menindas siapapun yang memilih stagnan. Dan hidupmu adalah sekarang. Seperti
yang kesekian kalinya. Hidup selalu mendahuluimu satu titik di depan. One step faster then you are.
Maka
kau kembali dengan kendali hidupmu, dengan ruang music yang kau hidupkan
sendiri, dengan kecelakaan yang selalu kau alami, dengan tawa renyah akan kabar
gembira. Karena semuanya berjalan beriringan, tidak ada yang menggiring atau
mendahului jika kau sadar. Begitupula kehidupan. Betapa seringnya kau
tertinggal karena kau tidak sadar dengan uluran tangan Tuhan yang sampai ke
hatimu. Sadarlah, mungkin Tuhan sekarang sedang menatapmu dan menunggumu
menerima uluran tangan-Nya.
Komentar
Posting Komentar