Langsung ke konten utama

Rindu



Ada rindu yang hanya tanggal secarik tulisan usang. Yang menatapku lekat-lekat di kamar 4x4 dengan harap yang tak lagi hidup. Sudah lama mati. Rindu itu menjelma malam yang dingin yang pasrah dijajah pagi, menjelma awan hitam yang kelihatannya kuat tetapi ketika disentuh hanyalah gantungan asap yang rapuh. Rindu itu semrawut, tidak tertata dengan indah seperti buku cokelat yang kuhadiahkan sebagai kado ulangtahun pada seseorang. 

Rindu itu kacau. Semakin kau tahan, semakin manja dan tak tahu diri. Mungkin, di antara aku dan kamu, ada pesan yang belum tersampai. Ada naskah yang belum sempat diketik ulang, ada banyak proposal yang belum sempat ditantangani, dan ada ribuan kata yang belum sempat dideklarasikan.


Lalu, jika pagi datang dengan senyumnya, aku mengingat segala ucapan semangat dan selamat pagi yang dulu sering membanjiri kotak masuk phonecellku hingga penuh sesak. Tapi seiring dewasanya pagi, semuanya sepi. Hening. Alam seakan tidak mau berisik karena takut membangunkan tidur pagiku. Aku ingin mengumpulkan remahan itu dan menjadikannya hidup kembali.

Aku ingin mengulang waktu dan berkata “jangan” untuk mencegah. Hanya untuk mengetahui seberapa jauh pengaruhku terhadap sergahan itu. Mungkinkah dengan begitu, kau akan menghambur lagi dan kita bisa saling menyimpan kata perpisahan. Atau mungkinkah tidak ada pengaruhnya seucap kata ini?

Komentar