Langsung ke konten utama

This is War



If we don’t end war, war will end us. (Jared Leto)


I’m definitely will be honest to myself that I can’t even make it works anymore. I think this is not war, I think this is just my life. Well, I’ve been trying to make it done perfectly. I’ve been crying all the day but yet I down that deep. And maybe this is my time to make a turn. Another direction of my life. You know, one thing I really want about in this life is celebrating my own freedom. Yap, this is not kinda ‘escape methode’ or what, this is just what I really need. Feeling freedom and breath new air with a free spirit and young soul contain my body. 

And just now, I talked to my Mom, via phone. I said that I’d like to go somewhere else in order to get a job and to reach a better me. I just wanna make an effort to my own dream, because I know that making an effort to my father’s dream is just pointless. 

Because this is not kinda a nice thing to always remember what he has told me and my mom. We were suffer all the time. I and my mom. Even, my father pushing away my mom in front of my eyes, and that morning was the worst morning in my life ever. Then I took a drive with my mom and we moved to big city. And we talked about how many tears we’ve been falling for this fucking damn thing. How many scar we had? How many time we’ve been passing through with all this sadness and loneliness.

We were remember that. I and my mom.
It's A Beautiful Lonely Road

Sometimes it’s hard to describing your feeling into a words. Because this is more than just a feeling and words. This is the kind of pain that we’d never fond out the medicine. This is most likely nightmare you never see a bright light anymore. And, there was a time when you just feeling numb, vapid, senseless, tired, fucked-up and really nothing.

But, my mom always sees a potential towards me. She always find the way to make my day and wipe away all of this scary thing. She always tells me that her sweet nice daughter could do anything the man do. She always feeds me up with positive thought, positive vibe, support, and she will always there when I need her the most. She always enhance my power, my talent, and my passion in art. When everybody else looking down upon art, she's makes me up her way. But, we have to separated for 5 years and this is our 5th year. I don't know what would happen with the next year. 

Sometimes I’m afraid. I’m afraid to let people get in my heart cause my heart is really bad damn broken inside. And the one who has broken it down was the one who used to be my hero. Yah, he used to be my hero. But, no more right now.

And the moment when I think about my father, sometimes I complaining to my self, sometimes I debating to my God while sreaming aloud “Why me? What the kind of sins that I’ve done so that I have to live this way?”

And it was really killed me inside everytime. Everyday. Every single time when my father called me up. And whenever he start to talking harsh and rude to me. Whenever he tried to control me to do this and that. And whenever he gave a damn for us. Whenever he acting like he cares but he really doesn’t. Because he doesn’t know anything about me and he doesn’t want to know.  

There was a point in your life when you really wanna took everything down. To buried anything down and burned away all the memories. But, some people lived with memories. Because basically memories created the people as well.

And during this time, I’ve been falling apart and get back to the reality that fast. And I have to really fast moving now.

Because one day, I’ll come back.

For you mom.

To end all this fucking war.

Rosalie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hai Januari

Hai, Januari. Bulan suciku. Bulan dimana aku 22 tahun yang lalu hanya seonggok daging yang bisa jadi dihidupkan. Atau bisa jadi kehidupan itu dibatalkan. Januari berbekas seperti sisi luka yang tidak pernah mereka tahu. Mereka hanya melihat, tidak menatap tajam. Mereka hanya lewat, tidak merapat. Bulan yang penuh hujan air mata. Ah, andai aku bisa membendungnya. Sedikit saja agar mata ini tidak membengkak kemudian mengumbar tanya. Ada apa dengan matamu? Kemudian aku buru-buru membungkusnya dengan kerutan senyum yang aku buat sendiri. Sembari mengucapkan aku tidak apa-apa versiku sendiri. Hai, Januari. Kau ingat lilin yang meleleh di pelataran tart mewah itu? Kau ingat bungkusan indah yang terbalut pita biru muda yang anggun? Aku masih mengingatnya, tetapi seingatku aku telah lama membuangnya. Bagiku semua itu sudah tidak ada pengaruhnya pada hati yang mulai meradang ini. Radangnya sudah bercabang, hingga membentuk kubangan luka yang ku sebut...

It's Just for Nothing

KARENA SEMUA INI PERCUMA. Percuma. Percuma setiap hari aku berharap kau membaca semua tulisanku. Percuma setiap saat aku berharap kau akan sadar bahwa aku ada untukmu. Percuma setip waktu aku berharap kau akan datang kepadaku. Benar-benar payah. Lebih baik aku lepaskan saja sosokmu itu. Yang dahulu merogoh masuk ke dalam jiwaku dan menembus menguliti dinding hatiku yang kelam. Sudah tidak berarti saat ini. Sudah tidak berpengaruh lagi. Hari ini aku putuskan untuk tidak lagi menjadi manusia menyedihkan bernama diriku. Bukankah seharusnya cinta itu diperjuangkan berdua, bukan sendiri? Aku terbahak dalam imajiku sendiri. Mengumpat pasrah tentang paradox rasa yang hingga saat ini masih susah aku cerna. Aku tersedak dalam stigma-stigma yang bahkan aku sendiri tidak paham tentangnya. Aku tersudut di ujung pikiranku yang tumpul. Aku tersisih di penghujung hatiku yang kian membeku.  Aku terbawa arus hingga ke seberang dan aku tidak mampu berenang, pun menyelam. Sem...

Pesan Singkat

12 November 2014 Tuhan, aku malu. Aku malu memandang wajah teduh yang menyilangkan senyum pasi itu. Aku malu melihat senyum yang sebaiknya tidak pernah kulihat itu. Aku terlampau malu hingga aku hanya bisa memandang jari kakiku sendiri. Tuhan, bolehkah aku melihatnya sekali lagi? Sebelum aku mengurung semua uap-uap memoar ini dalam bingkai kenangan? Hari ini aku berpikir kau tidak akan datang. Satu, dua, tiga, dan aku terus menghitung hingga detik ke sekian ribu. Aku masih saja belum mencium aroma tubuhmu. Aku kembali menghitung, dan pada hitungan kesekian aku teringat kembali serentetan kejadian yang seharusnya tidak pernah terjadi. Yang seharusnya tidak pernah berubah menjadi kenangan yang hanya akan usang dan berdebu seperti aroma rumah tua yang ditinggalkan penghuninya.  Aku kembali duduk santai di tempat duduk dimana aku mengerjakan tugas akhirku. Ada hasrat menghubungimu, tetapi untuk keperluan apa? Aku bahkan bukan partnermu. Aku hanyalah wanita dengan bol...