Hanya sebuah bolpoint. Tidak
lebih. Tetapi, aku mampu mengurai semua hamburan perasaan itu ke dalam sebuah
cawan indah bernama tawa. Iya, aku tertawa. Seperti orang bodoh yang
melompat-lompat kegirangan ketika menemukan mainan lucu. Tetapi, ini bukan
mainan. Sudah aku bilang, hanya sebuah bolpoint.
Bolpoint yang secara hormat
aku serahkan dengan seribu satu jenis kembang api yang meletup-letup penuh
semangat di dadaku. Terlebih, ketika kulitku bersentuhan dengan kulitnya. Sangat
singkat. Teramat singkat untuk mengetahui sebuah fakta bahwa, ternyata tangan
pria itu sangat halus.
Kemudian aku berpaling
dari tatapannya. Malu.
Meski dalam hati aku ingin
melihat ekspresi wajah itu sekali lagi. Sangat meneduhkan.
Mungkin hanya sekelebat
berlalu sambil membawa sejumput senyum yang tertahan-tahan sudah bisa dijadikan
bukti bahwa aku benar-benar telah berputar dua puluh kali.
Atau mungkin ini yang
disebut pasca drunk up dimana kau
tidak akan pernah bisa membedakan antara jerawat dengan biji kacang atau kau
tidak mampu membedakan antara jalan dan sekolan.
Kau mungkin saja sedang
terbang. Ragamu boleh berpijak di bumi, tetapi aku yakin jiwamu sedang jauh
melesat ke kaki langit terjauh bagai roket berkecepatan tinggi.
Tuhanku yang baik,
benarkah seperti ini rasanya? Ah, rasa apa ini namanya? Bukan rasa buah berry
atau aroma Sabernet Sauvignon kesukaanku. Hanya saja, aku merasa aman.
-Masih wanita yang bersembunyi di balik bolpoint
warna-warni-
Komentar
Posting Komentar