Langsung ke konten utama

Jika Saja


. Jika saja itu cinta, aku akan langsung menarik pergelangan tangannya dan melekatkannya erat di lingkar pinggangku
. Jika saja itu cinta, aku tidak peduli ada berapa pasang mata yang melihat, aku akan  merangkulnya dan mencium keningnya
. Jika saja itu cinta, pasti sekarang aku sudah bahagia
. Sayangnya itu sama sekali bukan cinta
. Tidak hanya kamu, aku juga telah tertipu
. Aku telah berlari jauh-jauh dari bagian bumi yang lain hanya untuk memastikan itu cinta
. Ternyata bukan
. Lantas bunga mawar yang kupegang harus aku jatuhkan di tempat ini juga
. Karena aku telah lelah
. Lelah bukan pasrah
. Semoga di pertemuan selanjutnya, itu benar-benar cinta
. Bukankah kamu juga berharap demikian?
. Sekarang mari kita sejenak membasuh luka dan menutupnya dengan perban terbaik
. Jangan penah melihat lukaku
. Aku juga tidak akan pernah melirik milikmu
. Jika perbanmu sudah habis, silahkan bertamu
. Aku akan berbagi perbanku untukmu juga
. Dan semoga kita kembali kuat untuk berdiri lagi
. Sudah itu berlari
. Dan semoga kita bertemu cinta
. Semoga

*temanmu*

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari ini kita tidak ada bedanya..

Hari ini. Hari dimana sebuah kata menjelma segumpal peluk hangat dan secangkir manisnya persaudaraan. Hari ini. Hari dimana seorang aku ternyata bukan hanya sebatas aku, tetapi tentang apapun itu yang menggantung di pundakku hingga kuku tanganku kaku karena membeku. Tidak seburuk itu, karena hidup ini bukan skripsi, jadi tidak ada revisi. Tidak seperti yang kau pikir di otak bebalmu itu, karena hidup ini memang tidak semudah itu.  Hari ini, lagi kumaknai hari dimana siapapun berhak memiliki dan berjuang atas nama sesuatu. Mobil mewah, apartemen megah, suami setia atau apapun yang mereka sebut cita-cita. Tidak ada batas, tidak ada beda. Kamu, yang menjadikanku pemilih dalam hidup. Pemilih atas sesuatu yang telah aku tentukan sebelumnya, akhirnya aku memilih jalanku. Jalanku yang kau bilang berliku. Tetapi kau selalu memegang pundakku dari jauh. Jangan sampai terjatuh, karena aku bahkan tidak bisa membedakan mana jurang mana jalan.   Itulah kau, yang kusebut nyawa baru bag...

Paket Mimpi

They said "Follow your dreams!". But, if my dreams broke into thousand pieces. Which one I should follow? “Makan, yuk?” tanyaku sambil menjepit smartphone di antara bahu dan telinga kananku. Bastian Faldanu, nama pria yang tertera di layar smartphone Sonyku. “Makan dimana?” tanyanya sambil menguap. Kebiasaan. Jam segini baru bangun. Batinku terkekeh.  “Biasanya aja?” aku balik bertanya sambil membereskan file-file mengajarku dan memasukkannya ke tas ransel. Hap. Beres.  “Jangan deh. Padang, yuk?” tawarnya.  “Okay. Aku jemput ya, bentar lagi berangkat.” Ucapku sambil mengakhiri pembicaraan di telfon. Pagi itu, oh mungkin agak siangan. Pukul 10.30, aku bergegas mengendarai kendaraanku ke arah tempat kos sahabatku. Sangat cepat. Takut keburu kres dengan waktu mengajar privatku.  Tidak lama kemudian, pria itu keluar dari pagar kosnya dengan menggunakan celana pendek abu-abu dan polo shirt warna merah maroon. Dan, sebagai tambahan saja. Dia...